Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Lingkungan dan Keberlangsungan Sebuah Negara*

Lingkungan dan Keberlangsungan Sebuah Negara* KERAJAAN Singosari: 1222-1292 M.(70 tahun); Kerajaan Kediri: 1042-1222 M. (1,8 abad); Kerajaan Majapahit: 1293-1500 M. (2,07  abad); Kerajaan Sunda: 669-1579 M. (9,1 abad). Dari fakta sejarah itu pertanyaan yang muncul adalah kenapa Kerajaan Sunda dapat bertahan 9 abad lebih sedangkan kerajaan lainnya di Pulo Jawa, termasuk Kerajaan Majapahit yang termashur itu, tidak lebih dari 2,5 abad. Hingga saat ini parasejarawan belum ada yang bisa memberi penjelasan yang komperehensif mengenai kejayaan Kerajaan Sunda. Kalaupun ada yang mencoba membahasnya pada umumnya hanya bertumpu pada ilustrasi sipat orang Sunda yang tidak rakus kekuasaan, sehingga di Kerajaan Sunda   tidak pernah terjadi perang besar memperebutkan tahta. Walaupun ada tanda-tanda ke arah itu, bisa segera tertangani. Sudah barang tentu “kamandang” tersebut tidak cukup untuk menjelaskan mengenai apa yang menyebakan Kerajaan Sunda dapat bertahan selama 9 abad le...
Mari Belajar pada Kamandaka dan Ningrat Kancana* LEGENDA Kamandaka di wilayah Banyumas sangat populer. Bahkan tahun 1970 dibuat diaromanya di obyek wisata Guha Jatijajar di Purwokerto, berupa beberapa patung, menggambarkan perjalanan Kamandaka dari Kerajaan Padjadjaran (Bogor) hingga menjadi adipati Pasirluhur serta  kejadian-kejadian yang dialaminya. Dalam  Babad Pasir  disebutkan nama asli Kamandaka adalah Banyak Catra, putra mah­­kota Pajajaran, pengganti ayahnya, Prabu Siliwangi. Waktu akan diangkat jadi raja, dia menolak. Alasannya belum punya istri. Banyak Catra, seperti Guru Minda (cerita pantun Lutung Kasarung), ingin mempunyai istri yang mirip ibunya. Bedasarkan anjuran petapa, dia mengelana ke wilayah keadipatian Pasirluhur, dae­rah bawahan Kerajaan Galuh, dan biasa disebut Galuh Wetan. Pu­­sat pemerintahan Pasirluhur  di sekitar Batu­raden, di lereng Gu­nung Sla­met. Selama menggembara dia menyamar jadi rakyat biasa, namanya pun diganti jadi Kam...
Gambar
Kearifan Lokal Sunda Kadal Meteng  Deteksi Dini  Bencana Longsor* Kadal meteng. Begitu salahsatu kearifan lokal di masyarakat Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut. Kadal adalah nama sejenis hewan, menurut ahli biologi kadal termasuk hewan purba yang masih hidup hingga saat ini. Meteng, bahasa Jawa, di Tatar Sunda juga pernah digunakan, artinya hamil. Kadal meteng artinya kadal yang sedang hamil. Lahirnya kearifan lokal, seperti halnya kadal meteng  merupakan jawaban manusia terhadap keadaan alam tempat tinggalnya. Karena itulah kearifan lokal di masyarakat yang tinggal di pantai, umpamanya, berbeda dengan kearifan lokal di masyarakat yang tinggal di pegunungan. Yang sama tujuannya: agar manusia mampu hidup harmonis dengan alam. Kenapa di Talegong muncul kearifan lokal kadal meteng?  Kecamatan Talegong, luasnya 19896,6 héktar, sebelah utara bertapal batas dengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung,  sebelah timur dan selatan deng...
Esai, Kemahiran Berbahasa Tulis Tingkat Tinggi SECARA etimologi (asal-usul sebuah kata) , esai berasal dari basa Latin:  exagium  yang artinya memeriksa, menimbang, menguji, atau  mengeluarkan. Pada sekitar abad ke-14 Maséhi kata esai menjadi kosa kata dalam bahasa Inggris. Orang Inggris tidak langsung mengambil dari bahasa Latin, tetapi memungut dari bahasa Perancis:  essai , tetapi dalam bahasa Perancis esai artinya mencoba, mengusahakan, mengupayakan ( attempt ). Bentuk tulisan yang dinamakan esai pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Perancis,  Michel Eyquem de Montaigne (28 Februari 1533 - 13 September 1592). Dia menulis dengan gaya dan téhnik yang lebih dekat pada karya sastra tetapi berisi fakta dan data sebagai landasan argumentasinya. Esainya mencerminkan atau menggambarkan karakter pribadinya. Tulisannya kemudian diterbitkan jadi sebuah buku dengan judul  Essais . Tulisan-tulisan Montaigne berpengaruh pada penulis-penulis berikutn...